Judul :
Kumpulan Puisi Jejak Jaman
Ukuran : 14,8 x 21 cm, 200 + xi hal
Penulis :
Solehun
Editor : Herdi Yanto
Harga :
80.000
Link QRCBN Market : https://www.qrcbn.com/check/62-6731-1525-827
Deskripsi :
Di masa kamera masih menjadi barang mahal dan juga menjadi barang terlarang di ruang pengadilan, maka gambar menjadi pengganti mata lensa untuk merekam peristiwa yang terjadi di depan sang penggambar.
Merekalah para seniman yang merekam subjek-subjek kekejaman perang. Mereka pulalah seniman yang menggambarkan suasana persidangan dengan sangat detail dan akurat.
Hasilnya memang terbatas, namun karenanya memiliki keunikan sendiri.
Bagitu juga puisi-puisi yang ada di dalam buku kecil ini. Ia mengabadikan peristiwa yang dialami sang penulis, memberikan narasi sederhana untuk mewakili kegundahan hati. Setiap peristiwa adalah panggung lukisan alam yang dapat digambar lagi melalui ayunan kuas, ditulis ulang melalui papan ketik dan lainnya.
Buku kumpulan puisi bertajuk Jejak Jaman ini bisa dijadikan contoh bagaimana produk sastra dapat berperan sebagai media ‘perekam’ peristiwa aktual di masanya. Bersifat subjektif mungkin, karena direkam dari sudut pandang penulisnya, sehingga tak bisa lepas dari bias penalaran.
Meski demikian, pembaca yang mengikuti setiap peristiwa dalam bait-bait puisi tersebut, dapat dengan mudah melihat benang merah dan benang putihnya. Mana peristiwa, mana interpretasi.
Selamat menikmati dan semoga bermanfaat.
Kumpulan Puisi Jejak Jaman
Ukuran : 14,8 x 21 cm, 200 + xi hal
Penulis :
Solehun
Editor : Herdi Yanto
Harga :
80.000
Link QRCBN Market : https://www.qrcbn.com/check/62-6731-1525-827
Deskripsi :
Di masa kamera masih menjadi barang mahal dan juga menjadi barang terlarang di ruang pengadilan, maka gambar menjadi pengganti mata lensa untuk merekam peristiwa yang terjadi di depan sang penggambar.
Merekalah para seniman yang merekam subjek-subjek kekejaman perang. Mereka pulalah seniman yang menggambarkan suasana persidangan dengan sangat detail dan akurat.
Hasilnya memang terbatas, namun karenanya memiliki keunikan sendiri.
Bagitu juga puisi-puisi yang ada di dalam buku kecil ini. Ia mengabadikan peristiwa yang dialami sang penulis, memberikan narasi sederhana untuk mewakili kegundahan hati. Setiap peristiwa adalah panggung lukisan alam yang dapat digambar lagi melalui ayunan kuas, ditulis ulang melalui papan ketik dan lainnya.
Buku kumpulan puisi bertajuk Jejak Jaman ini bisa dijadikan contoh bagaimana produk sastra dapat berperan sebagai media ‘perekam’ peristiwa aktual di masanya. Bersifat subjektif mungkin, karena direkam dari sudut pandang penulisnya, sehingga tak bisa lepas dari bias penalaran.
Meski demikian, pembaca yang mengikuti setiap peristiwa dalam bait-bait puisi tersebut, dapat dengan mudah melihat benang merah dan benang putihnya. Mana peristiwa, mana interpretasi.
Selamat menikmati dan semoga bermanfaat.